KATA PENGANTAR
Beribu terimakasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada
semua sumber yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini. Tidak lupa juga kepada para pembaca yang telah
meluangkan waktunya untuk sekedar membaca makalah ini. Saya menyadari bahwa
tidak ada sesuatu yang sempurna, oleh karena itu saya sangat mohon kepada para
pembaca untuk memberikan kritikan dan saran terhadap makalah ini jika ada
hal/sesuatu yang kurang berkenan maupun salah. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Hormat Penulis,
Laila miftahul aini
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
1
Daftar isi..........................................................................................................
2
Bab I Pendahuluan.........................................................................................
3
1.
Latar belakang....................................................................................
3
2.
Tujuan penulisan................................................................................
4
3.
Rumusan masalah..............................................................................
5
Bab II Landasan Teori...................................................................................
6
1.
Penyimpangan Sosial..........................................................................
6
a.
Pengertian...........................................................................................
6
b.
Teori-teori perilaku penyimpangan..................................................
7
c.
Ciri-ciri................................................................................................
9
d.
Sifat-sifat perilaku menyimpang ...................................................... 10
e.
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang..............................................
11
f.
Macam-macam penyimpangan.........................................................
12
g.
Penyebab terjadinya...........................................................................
13
Bab III Penutup..............................................................................................
15
1.
Kesimpulan.........................................................................................
15
2.
Saran....................................................................................................
15
Daftar Pustaka................................................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Anonymous
menulis “Ada seorang Ibu yang tinggal di Jakarta bercerita bahwa sejak maraknya
kasus tawuran pelajar di Jakarta, Beliau mengambil inisiatif untuk mengantar
dan menjemput anaknya yang sudah SMU, sebuah kebiasaan yang belum pernah Beliau
lakukan sebelumnya. Bagaimana tidak ngeri, kalau pelajar yang tidak ikut-ikutan
pun ikut diserang”,
Mengapa para
pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal
sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa
pula para pelajar banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas, dan hal lainnya
yang menyimpang? Apa yang salah dari semua ini?
Adalah sulit
untuk menentukan suatu penyimpangan karena tidak semua orang menganut norma
yang sama sehingga ada perbedaan mengenai apa yang menyimpang dan tidak
menyimpang. Orang yang dianggap menyimpang berarti melakukan perilaku
menyimpang. Tetapi perilaku menyimpang bukanlah kondisi yang perlu untuk
menjadi seorang penyimpang. Penyimpang adalah orang-orang yang mengadopsi peran
penyimpang, atau yang disebut penyimpangan sekunder.
Dalam
perspektif sosiologi perilaku menyimpang pelajar terjadi karena terdapat
penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan
norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber
masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep
perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang
harus ditempuh. Perilaku pelajar yang tidak melalui jalur tersebut
berarti telah menyimpang, atau telah terjadi kenakalan pelajar.
Penyimpangan
secara normatif didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap norma, di mana
penyimpangan itu adalah terlarang bila diketahui dan mendapat sanksi. Jumlah
dan macam penyimpangan dalam masyarakat adalah relatif tergantung dari besarnya
perbedaan Penyimpangan adalah relatif terhadap norma suatu kelompok atau
masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpangan berubah.
Penyimpangan
biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan penyimpang. Pengertian yang
penuh terhadap penyimpangan membutuhkan pengertian tentang penyimpangan bagi
penyimpang. Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan
menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang. Cara-cara para penyimpang
menghadapi penolakan atau stigma dari orang non penyimpang disebut dengan
teknik pengaturan. Tidak satu teknik pun yang menjamin bahwa penyimpang dapat
hidup di dunia yang menolaknya, Teknik-teknik yang digunakan oleh penyimpang
adalah kerahasiaan, manipulasi aspek lingkungan fisik, rasionalisasi,
partisipasi dalam subkebudayaan menyimpang dan berubah menjadi tidak
menyimpang.
Proses
sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan
menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi
kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan
pengetahuan yang diserap oleh setiap pelajar. Karena itulah dalam membahas
perilaku penyimpangan pelajar, penulis menitikberatkan pada pendekatan sistem,
yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial yang bersumber dari sistem
sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber masalah.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya para pelajar yang mengalami gejala
disorganisasi sosial dalam keluarga misalnya, maka norma dan nilai sosial
menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi
lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan
perilakunya.
2. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka tujuan penulisan ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong timbulnya
perilaku penyimpangan yang dilakukan para pelajar.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk
perilaku menyimpang
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah ini adalah:
1.
Apakah
faktor-faktor timbulnya perilaku menyimpang yang dilakukan pelajar?
2.
Apakah
bentuk-bentuk perilaku menyimpang?
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Penyimpangan sosial
Perilaku
menyimpang adalah perilaku dari para warga masyarakat yang dianggap tidak
sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku. Secara
umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang, antara lain tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang
tidak sesuai dengan nilai atau norma yang ada; tindakan yang anti sosial atau
asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan
umum; dan tindakan-tindakan kriminal, yaitu tindakan yang nyata-nyata telah
melanggar aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan
orang lain.
Perilaku
menyimpang didefinisikan secara berbeda berdasarkan empat sudut pandang.
Petama, secarastatiskal, yaitu segala perilaku
yang bertolak dari suatu tindakan yang bukan rata-rata atau perilaku yang
jarang dan tidak sering dilakukan. Kedua, secara absolut atau mutlak.
Definisi perilaku menyimpang yang berasal dari kaum absolutis ini berangkat
dari aturan-aturan sosial yang dianggap sebagai sesuatu yang mutlak atau jelas
dan nyata, sudah ada sejak dulu, serta berlaku tanpa terkecuali, untuk semua
warga masyarakat. Ketiga, secara reaktif,
yaitu perilaku yang dicapkan kepadanya atau orang lain telah memberi cap
kepadanya. Dan keempat, secara normatif,
yaitu penyimpangan adalah suatu pelanggaran dari suatu norma sosial.
Ada dua
perspektif yang bisa digunakan untuk memahami sebab-sebab dan latar belakang seseorang
atau kelompok berperilaku munyimpang, yaitu perspektif
individualistik dan
yang kedua adalah teori-teori
sosiologi.
A.Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku
menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan,
atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi
oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang
dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat
kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek
pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Berikut ini beberapa definisi dari perilaku
menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi :
a. James Worker Van der Zaden. Penyimpangan
sosial adalah perilaku yang oleh
sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di
luar batas toleransi.
b. Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan
sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan
menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang
tersebut.
c. Paul Band Horton. Penyimpangan
sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap
norma-norma kelompok atau
masyarakat.
d.Paul B.Horton .Penyimpangan sosial adalah
setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma
kelompok atau masyarakat.
Penyimpangan terhadap norma-norma
atau nilai-nilai
masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang
melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari
perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut
dengan konformitas. Konformitas
adalah bentuk interaksi sosial yang di
dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
B.Teori-teori
perilaku menyimpang
a.Teori
Differencial Association (Edwin H. Sutherland)
Teori
ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang di sebabkan
karena hubungan diferensiasi.
b.Teori
Labelling (Edwin M.Lemert)
Teori
ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang menyimpang
karena pemberian penjulukan .Teori ini menggambarkan bagaimana suatu perilaku
menyimpang seringkali menimbulkan serangkaian peristiwa yang justru mempertegas
dan meningkatkan tindakan penyimpangan.
c.Teori
Merton
Merton
mengindefikasikan lima tipe cara adaptasi individu terhadap situasi tertentu
,empat diantara perilaku dalam menghadapi situasi tersebut merupakan perilaku
menyimpang .
Konformitas,merupakan
cara yang paling banyak dilakukan
Inovasi,merupakan
cara dimana perilaku mengikuti tujuan yang di tentukan masyarakat tetapi
memakai cara yang dilarang oleh masyarakat.
Ritualisme
,merupakan perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya namun masih
tetap berpegang pada cara-cara yang telah digariskan masyarakat.
Retreatism,merupakan
bentuk adaptasi berikut .Dalam bentuk adaptasi ini perilaku seseorang tidak
mengikuti tujuan budaya dan tidak mengikuti cara untuk meraih tujuan budaya
.pola adaptasi ini dapat di jumpai pada orang yang menderita gangguan
jiwa,gelandangan,pemabuk,pecandu obat bius.
Rebellion
(pemberontak ),merupakan bentuk adaptasi terakhir.Dalam pola adaptasi iniorang
tidak lagi mengakui struktur social yang ada dan berupaya menciptakan suatu
struktur social yang lain.
d.Teori
Fungsi dari Durkheim
Durkheim
berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi masyarakat karena dengan adanya
kejahatan maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.
e.Teori
konflik dari Karl Marx
Menurut
pandangan ini apa yang merupakan perilaku menyimpang di definisikan oleh
kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka
sendiri.Hukum merupakan pencerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan bahwa
sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka.
Ada
dua macam konflik dalam teori ini ,yaitu ;
Teori
konflik budaya
Ini
terjadi bilamana dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus hal
tersebut mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai.
Teori
konflik kelas social
Mereka
memandang kesepakatan nilai sebagai mitos yang diciptakan secara halus oleh
mereka yang berkuasa demi kepentingan mereka sendiri karena hal tersebut akan
memuat nilai mereka seolah-olah merupakan nilai semua orang .mereka yang
menentang hak-hak istimewa kelas dianggap penjahat .
f.Teori
pengendalian
Kebanyakan
orang menyesuaikan diri dengan nilai dominan karena adanya pengendalian dari
dalam maupun dari luar .
Dalam
masyarakat konvensional terdapat empat hal yang mengikat individu terhadap
norma masyarakatnya ,yaitu ;
Kepercayaan
,mengacu pada norma yang di hayati
Ketanggapan
,yaitu sikap tanggap seseorang terhadap pendapat orang lain
Keterikatan,berhubungan
dengan berapa banyak imbalan yang di terima seseorang atas perilakunya
Keterlibatan
,mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai lembaga masyarakat
C. Ciri-ciri
a.Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan
menyimpang atau tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan
diketahui penyebabnya.
b.Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak.
Perilaku menyimpang tidak selamanya negatif, ada kalanya penyimpangan bisa
diterima masyarakat, misalnya
wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan penyimpangan sosial yang
ditolak masyarakat.
c.Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak.
Semua orang pernah melakukan perilaku menyimpang, akan tetapi pada batas-batas
tertentu yang bersifat relatif untuk semua orang. Dikatakan relatif karena
perbedaannya hanya pada frekuensi dan kadar
penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang dilakukan setiap orang
cenderung relatif. Bahkan orang
yang telah melakukan penyimpangan mutlak lambat laun harus berkompromi
dengan lingkungannya.
d.Penyimpangan terhadap budaya nyata
ataukah budaya ideal. Budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan tetapi
pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata
dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah
menjadipengetahuan umum
dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
e.Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma
penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk
memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara terbuka.
Jadi norma-norma
penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang
bersifat setengah melembaga.
f.Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan).
Penyimpangan sosial tidak selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat
dianggap sebagai alat pemikiran stabilitas sosial.
D.Sifat-sifat perilaku menyimpang
Berdasarkan
sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
Penyimpangan bersifat
positif. Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai
dampak positif ter-hadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan
memperkaya wawasan seseorang.
Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai
perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan
wanita karier.
Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan
bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial
yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot
penyimpangan negatif didasarkan pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran
terhadap kaidah susila dan adat istiadat pada umumnya dinilai lebih berat dari
pada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan santun. Bentuk penyimpangan yang
bersifat negatif antara lain sebagai berikut:
E.Bentuk-bentuk perilaku menyimpang
Bentuk –bentuk penyimpangan di bagi menjadi
enam ,yaitu ;
1.
Penyimpangan primer (primary deviation).
Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya
bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Seseorang yang melakukan
penyimpangan primer masih diterima di masyarakat karena hidupnya tidak
didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut. Misalnya, siswa yang terlambat,
pengemudi yang sesekali melanggar peraturan lalu lintas, dan orang yang
terlambat membayar pajak.
2.
Penyimpangan sekunder (secondary deviation).
Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali
terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya
orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk,
serta seseorang yang melakukan tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan
tersebut cukup meresahkan masyarakat dan mereka biasanya di cap masyarakat
sebagai “pencuri”, “pemabuk”, "penodong", dan "pemerkosa". Julukan
itu makin melekat pada si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar
dengan hukuman.
3.
Penyimpangan individual (individual deviation)
adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma
suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa
rencana melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri, menodong, dan memeras.
Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima,
yaitu sebagai berikut.
4.
Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi
karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang
kurang baik.
5.
Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi
karena tidak taat pada peringatan orang-orang.
6.
Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi
karena melanggar norma-norma umum yang berlaku dalam masyarakat.
7.
Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang
terjadi karena mengabaikan norma-norma umum, sehingga menimbulkan kerugian
harta benda atau jiwa di lingkungannya.
8.
Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena
tidak menepati janji ,berkata bohong ,mengkhianati kepercayaan,dan berlagak
membela.
9.
Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang
dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok yang
bertentangan dengan norma masyarakatyang berlaku.
10.
Penyimpangan situasional,yakni penyimpangan
jenis ini di sebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional atau
social diluar individu dan memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang.
11.
Penyimpangan sistematik,yaitu suatu contoh
tingkah laku yang di sertai organisasi social khusus ,status
formal,peranan-peranan,nilai-nilai,norma-norma,dan moral tentang semuanya
berbeda dengan situasi umum.
F.Macam-macam penyimpangan
Macam-macam penyimpangan menurut Robert
M.Lawang ada empat macam penyimpangan ,yaitu ;
1.
Perilaku menyimpang yang dianggap sebagai
kejahatan atau criminal
2.
Penyimpangan seksual,yaitu perilaku seksual
yang tidak lazim ,dan lain dari biasanya
3.
Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain
dari biasanya
4.
Penyimpangan dalam bentuk pemakaian atau
mengkonsumsi obat-obatan dan minum-minuman keras yang berlebihan
G. Penyebab Terjadi
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment
and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua,
yaitu sebagai berikut :
a.
Faktor subjektif adalah
faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa
sejak lahir).
b.
Faktor objektif adalah
faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya
keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang
tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan
beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor
objektif), yaitu:
1.
Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang
yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia
tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi
akibat dari proses sosialisasi yang
tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang
retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik
anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2.
Proses belajar yang
menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya
membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang.
Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena
proses belajar yang
menyimpang. Misalnya, seorang anak yang melakukan tindakan kejahatan setelah
melihat tayangan rekonstruksi
cara melakukan kejahatan atau membaca artikel yang
memuat tentang tindakan kriminal. Demikian halnya karier penjahat kelas kakap
yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin
berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi
pada penjahat berdasi putih (white collar crime) yakni para
koruptor kelas kakap yang merugikan uangnegara bermilyar- milyar. Berawal dari
kecurangan-kecurangan kecil semasa bekerja di kantor/mengelola uang negara,
lama kelamaan makin berani dan menggunakan berbagai strategi yang sangat rapi
dan tidak mengundang kecurigaan karena tertutup oleh penampilan sesaat.
3.
Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya
ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat
mengakibatkan perilaku yang
menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang
tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka
terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat
makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk melawan
kesewenangan tersebut. Pemberontakan bisa dilakukan secara terbuka maupun
tertutup dengan melakukan penipuan-penipuan/pemalsuan data agar dapat mencapai
tujuannya meskipun dengan cara yang tidak benar. Penarikan pajak yang tinggi
akan memunculkan keinginan memalsukan data, sehingga nilai pajak yang dikenakan
menjadi rendah. Seseorang mencuri arus listrik untuk
menghindari beban pajak listrik yang tinggi. Hal ini merupakan bentuk
pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi.
4.
Ikatan sosial yang
berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika
pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka
kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5.
Akibat proses sosialisasi nilai-nilai
sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang
tindak kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara tidak sengaja
menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah
yang dikatakan sebagai proses belajar dari
sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang pada diri anak
dan anak menganggap perilaku menyimpang
merupakan sesuatu yang wajar/biasa dan boleh dilakukan.
6.
Keinginan untuk dipuji
7.
Dorongan kebutuhan ekonomi
8.
Pelampiasan rasa kecewa
9.
Sifat mental yang tidak sehat.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Adakalanya terjadi penyimpangan terhadap nilai
dan norma yang ada. Tindakan manusia yang
menyimpang dari nilai dan norma atau peraturan disebut dengan perilaku
menyimpang.terutama pada kalangan remaja karena tingkat emosionalnya cukup
tinggi dan bulum mampu mengontrol diri dalam mengambil pergaulan .perilaku
menyimpang ini tidak memandang umur baik anak-anak sampai orang dewasa bisa
melakukan perilaku menyimpang tersebut .
B.
SARAN
Sebaiknya kita
harus lebih memperhatikan dan mentaati
segala aturan dan norma yang berlaku di
lingkungan kita karena perilaku menyimpang dapat menyebabkan kerusakan moral
pada masyarakat terutama pada remaja ,apalagi pada zaman ini banyak terdapat
perilaku menyimpang sehingga kita harus lebih menjaga diri dari
perilaku-perilaku tersebut agar tidak merusak masa depan kita .
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
Budiati, Atik Catur.2009.Sosiologi
Kontekstual Kelas 10.Penerbit:Pusat Perbukuan
Departemen
Pendidikan Nasional.
Purwoto, Juarti.Tanpa Tahun.Sosiologi untuk
SMA/MA Semester II Kelas X.CV.Sindunata.
THX Buat Artikelnya kaka....!!
BalasHapusTHX IZIN COPAS BUAT TUGAS YA KAK :}
BalasHapusDapatkan pinjaman dana paling tinggi hanya dengan gadai bpkb mobil dan kredit mobil bekas dp rendah serta cicilan yang ringan untuk seluruh wilayah indonesia
BalasHapusUntuk keterangan selengkapnya silahkan hubungi marketing officer kami berikut ini. Cukup melalui sms atau whatsapp, kemudian marketing kami akan segera menghubungi Anda
Contact : Sukma Dinata
Phone/Whatsapp/Sms: 081280295839