Jumat, 26 April 2013

SISTEM PENCERNAAN



Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1.       Cavum Oris
2.       Glandula Parotis
3.       Palatum Mole
4.       Lingula
5.       Saliva
6.       Oesofagus
7.       Gaster
8.       Hepar
9.       Vesica Biliaris
10.   Ductus vesica biliaris
11.    Duodenum
12.   Pankreas
13.   Yeyunum dan ilium
14.   Caecum
15.   Apendix fi rivormis
16.   Colon ascendens
17.   Colon Transversa
18.   Colon Descendens
19.   Rectum
20.   Anus

A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

Gbr 2 : Anatomi Mulut
1.      DENTS

  • Dents dibagi menjadi empat kuadran: superior dextra, superior sinistra, inferior dextra dan inferior sinistra
  • Dents diberi nomor mulai dari depan ke belakang, nomor 1 s/d 8
  • Dents permanent: gigi sulung, jumlahnya 32 buah
  • Dents deciduas: gigi susu, jumlahnya 20 buah (tidak ada geraham besar-molar)
  • Dents insicivus: gigi seri, nomor 1 dan 2
  • Dents caninus: gigi taring, nomor 3
  • Dents premolar: gigi geraham kecil, nomor 4, 5 dan 6
  • Dents molar: gigi geraham besar, nomor 7 dan 8



2.      GLANDULA SALIVATORIUS
  • Glandula salivatorius: kelenjar ludah, terdiri 3 kelenjar
o   Glandula parotis: paling besar, terletak di bagian depan bawah telinga, jika infeksi menimbulkan penyakit parotitis (gondongen)
o   Glandula sublingualis: terletak di bawah lidah
o   Glandula submandibularis: terletak di bawah tulang rahang bawah (os mandibula)

3.      LINGUA
  • Permukaan lidah kasar karena ada tonjolan-tonjolan yang tersebar di permukaan lidah, tonjolan ini merupakan tempat receptor gustatorius, tonjolan ini disebut: papilla lingualis, diberi nama berdasarkan bertuknya:
    1. Papilla lingualis sircumvalata: berbentuk bundar seperti sircuit
    2. Papilla lingualis fungiformis: berbentuk seperti jamur
    3. Papilla lingualis filiformis: mempunyai fili
    4. Tonsila lingualis: tonsil duduk

B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.

Gambar 3 :Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 bagian superior (sebagian besar adalahØ otot rangka)
 bagian tengah (campuran otot rangka danØ otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).Ø

D. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu
 Kardia.Ø
 Fundus.Ø
 Antrum.Ø
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
  • Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
  • Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
  • Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)




E. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

Gambar 8 : Usus dua belas jari (duodenum)
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
  • Kolon asendens (kanan)
  • Kolon transversum
  • Kolon desendens (kiri)
  • Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.







G. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
I. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
J. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
  • Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
  • Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.


K. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
L. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
 Membantu pencernaan dan penyerapan lemak·
 Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama· haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
HISTOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Secara garis besar, dinding saluran pencernaan terdiri atas empat lapisan yang sama. Namun tentu pada masing-masing organ akan ada variasi yang akan memberikan ciri khas bagi setiap organnya. Empat lapisan tersebut dimulai dari yang paling dalam (paling dekat dengan lumen), antara lain: lapisan mukosa, lapisan submukosa, lapisan muskularis eksterna, dan lapisan serosa (adventisia).

a. Lapisan Mukosa
Lapisan mukosa saluran pencernaa terbagi lagi menjadi tiga lapisan, yaitu:
1. Epitel
Epitel dinding saluran pencernaan bagian ujung (rongga mulut, esofagus, dan anus) terdiri dari epitel berlapis gepeng tidak bertanduk. Epitel jenis ini berfungsi sebagai protektor atau untuk perlindungan bagi dinding saluran pencernaan tersebut dari trauma.
Sementara epitel bagian saluran pencernaan lain selain tiga bagian di atas, terdiri dari epitel selapis gepeng. Epitel jenis ini lebih ditujukan untuk fungsi sekresi dan juga absorpsi.
2. Lamina Propia
Lamina propia terdiri atas jaringan ikat longgar atau disebut juga sebagai jaringan ikat areolar. Lamina propia ini mengikatkan lapisan epitel ke lapisan muskularis mukosa.
Pada lamina propia ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, nodulus limfe, dan juga kelenjar linfe.
3. Muskularis Mukosa
Lapisan muskularis mukosa merupakan lapisan serabut otot polos tipis yang terdiri dari lapisan otot sirkuler di bagian dalam dan lapisan otot longitudinal di bagian luar.
b. Lapisan Submukosa
Lapisan submukosa merupakan suatu lapisan jarigan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, dan juga suatu struktur persarafan beserta sel-sel ganglionnya yang disebut dengan pleksus submucosa atau pleksus Meissner. Lapisan submucosa mengikatkan lapisan mukosa ke lapisan muskularis eksterna.
c. Lapisan Muskularis Eksterna
Lapisan muskularis eksterna terdiri atas lapisan otot sirkuler di bagian dalam dan lapisan otot longitudinal di bagian luar. Kontraksi otot sirkuler akan mengakibatkan berkontraksinya (mengecilnya) lumen saluran pencernaan. Sementara kontraksi otot longitudinal akan memperpendek dinding saluran pencernaan sehingga lumennya semakin besar. Kontraksi kedua otot ini berperan dalam terjadinya gerakan peristaltik pada saluran pencernaan yang mengakibatkan “berjalannya” makanan dari mulut sampai ke lambung dan bagian saluran pencernaan lainnya.
Di antara lapisan otot sirkularis dengan lapisan otot longitudinal ini terdapat serabut-serabut saraf beserta sel-sel ganglionnya yang disebut dengan pleksus mienterik atau pleksus Auerbach.
d. Lapisan Serosa
Lapisan serosa merupakan lapisan terluar dari dinding saluran pencernaan. Lapisan serosa ini biasanya dilindungi oleh selapis sel mesothelium. Lapisan serosa pada dasarnya terdiri dari jaringan ikat. Pada lapisan serosa yang tidak diliputi oleh mesotel, jaringan ikatnya akan langsung berhubungan dengan jaringan ikat lain yang terdapat di sekitarnya sehingga membentuk struktur yang disebut lapisan adventisia.
Terdapat beberapa variasi pada setiap segmen saluran pencernaan dan organ-organ asesoris pencernaan. Berikut adalah penjelasan selengkapnya:
a) Lidah
Pada permukaan dorsum lidah terdapat banyak sekali papila lidah yang terdiri atas tiga jenis utama, yaitu:
1.      Papila Filiformis
Papila filiformis berbentuk kerucut dan tersebar merata di seluruh permukaan dorsum lidah. Papila jenis ini tidak memiliki kuncup pengecap. Ujung-ujung papila ini mengandung epitel berkeratin.
2.      Papila Fungiformis
Papila fungiformis berbentuk seperti jamur. Tersebar di antara papila-papila filliformis. Warnanya merah karena banyak mengandung pembuluh darah.
3.      Papila Sirkumvalata
Papila sirkumvalata adalah papila dengan kuncup pengecap (taste bud) terbanyak di lidah. Papila sirkumvalata biasa terdapat berderet-deret di sulcus terminalis (hingga 10-12 buah). Permukaan atasnya yang licin lebih rendah daripada permukaan membrana mukosa.
Papila ini dikelilingi oleh celah melingkar. Di dasar celah akan bermuara kelenjar von ebner yang menyekresikan cairan yang dapat membersihkan celah tersebut dari sisa-sisa makanan yang larut di celah itu. Dengan demikian, celah dapat menerima makanan baru untuk dideteksi rasanya.
Terdapat satu jenis papila lagi, yaitu papila foveola, yang terdapat di lipatan-lipatan samping lidah. Papila ini mengalami rudimenter pada manusia, namun berkembang pesat pada hewan pengerat.
b) Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva ada menghasilkan sekret berupa mukosa murni, serosa murni, atau campuran mukosa dan serosa. Cairan mukosa mirip dengan musin, lebih kental daripada serosa. Sedangkan cairan serosa terdiri atas air, enzim, dll sehingga lebih encer daripada cairan mukosa.
c) Esofagus
Sepertiga atas esofagus terdiri dari otot lurik, sepertiga tengah terdiri dari campuran otot lurik dan otot polos, sedangkan sepertiga bawahnya merupakan otot polos esofagus.
Di dalam lapisan submucosa esofagus terdapat kelenjar esofagus yang menghasilkan mukus. Pada lamina propia daerah dekat lambung juga terdapat kelenjar kardioesofageal yang menghasilkan mukus.
e) Lambung
Lapisan submukosa dan mukosa lambung tersusun berlipat-lipat membentuk rugae. Pada lapisan mukosa, epitel permukaannya mengalami perubahan dari epitel esofagus, yaitu epitel selapis silindris tanpa sel goblet. Lamina propianya mengandung glandula gastrica yang sekretnya akan bermuara di sumur-sumur lambung atau foveola gastrica. Terdapat sekitar 15 juta glandula gastrica akan bermuara pada 3,5 juta foveola gastrica.
Glandula gastrica ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian isthmus, leher, dan dasar. Glandula ini juga terdiri atas beberapa jenis sel, yaitu: sel mukosa leher, sel utama, sel parietal, dan sel entero-endokrin.
Sel utama/zymogen menempati 1/3 atau ½ bagian bawah pars sekretoria. Sel ini berbentuk kuboid, dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir zymogen, dan intinya bulat terdapat di dasar. Sel ini akan menghasilkan pepsinogen yang akan diubah menjadi pepsin. Sel perietal lebih banyak terdapat di bagian atas pars sekretorik. Sitoplasmanya penuh dengan mitokondria. Sel ini akan menyekresikan HCl dan faktor intrisik lambung untuk absorbsi vitamin B12 di ileum.
Sel enteroendokrin terdiri atas jenis ECL yang menghasilkan histamin, EC yang menghasilkan serotonin, dan G yang akan menghasilkan gastrin. Lapisan muskularis eksterna lambung terdiri atas tiga lapis, yaitu otot longitudingal, sirkuler, dan obliqum.
f)       Intestinum Tenue

Pada usus halus akan terjadi proses penyerapan makanan yang telah dicerna secara mekanik maupun secara kimiawi. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik perluasan bidang penyerapan oleh dinding saluran pencernaan. Upaya tersebut telah dilakukan dalam bentuk:
1. Pada tingkat sel
Berupa mikrovili pada permukaan sel epitel.
2. Pada tingkat submucosa
Terbentuknya plica circularis/valvula kerckringi
4.      Pada tingkat mucosa
Terbentunya villi intestinalis.

Pada lapisan mukosa intestinum tenue juga dapat ditemukan glandula intestinalis atau disebut juga dengan crypta lieberkuhn yang berinvaginasi sampai mencapai muskularis mukosa pada dasar villus. Di bagian dasar crypta lieberkuhn ini terdapat kelompok sel paneth yang fungsinya diduga untuk menghasilkan lisosin yang berfungsi seperti lisosom.
Jaringan limphoid pada intestinum tenue tersear di seluruh lamina propia dalam bentuk nodulus limfatikus soliter. Khusus di ileum, jaringan limfoidnya berkelompok-kelompok membentuk nodulud limfatikus agregatus yang disebut dengan bercak peyer.
g)  Intestinum Crassum
Permukaan dalam colon licin, tidak membentuk plica circularis dan villus intestinalis. Pada lapisan epitelnya terdapat sel absostif. Crypta lieberkuhnnya tidak memeiliki sel paneth. Lapisan muskularisnya pars longitudinalisnya ada yang bermodifikasi menmbentuk taenia coli.
Appendix yang terdapat pada bagian caecum memiliki ciri-ciri lumennya kecil bersudut, dan memiliki jaringan limfoid yang mencolok karena memenuhi seluruh lamin propia. Lapisan muskularis mukosanya kurang berkembang, dan di lapisan submukosanya terdapat jaringan pengikat yang tebal serta anyaman pembuluh darah.

h) Rectum
Rectum dibagi menjadi bagian ampula recti dan canalis analis. Bagian ampula recti berbentuk membesar. Membrana mukosanya memiliki struktur yang sama dengan kolon, dengan crypta lieberkuhn yang lebih panjang. Canalis analisnya memiliki diameter yang lebih kecil daripada bagian ampula recti (mengecil). Membranan mukosanya memiliki columna rectalis morgagni, dan epitel silindris selapisnya berubah menjadi epitel gepeng berlapis.

i) Anus
Epitelnya sudah menjadi epitel berlapis gepeng. Semakin ke bawah, epitelnya akan brubah menjadi epidermis kulit, pada bagian setinggi M. Sphincter Externa (otot lurik). Di bagian ini juga terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar cirkumanalis (apokrin).
Lamina propianya mengandung pleksus venosus yang besar. Pada kasus wasir atau ambeyen, pleksus venosus ini mengalami pembesaran, sehingga disebut juga dengan hemoroid.
j) Hepar
Secara mikroskopik, hepar terdiri atas lobulus hepatis klasik, lobulus portalis, dan acinus hepatis. Komponen parenkimnya terdiri atas hepatosit (sel hati), sinusoid yang dibatasi oleh sel-sel endotel Kupffer, dan sel perisinosuidal. 
k) Kantung Empedu
Dinding kantung empedu terdiri dari lapisan tunika serosa, tunika subserosa, tunika muskularis, dan tunika mukosa.
Tunika serosanya merupakan lanjutan tunika serosa dari selubung hati. Terdiri ari jaringan ikat padat, da terkadang mengandung ductus Lushka. Lapisan ini dilapisi oleh sel-sel mesotel. Tunika subserosanya juga terdiri dari jaringan pengikat, dan langsung menutupi jaringan otot polos. Tunika muskularisnya terdiri dari lapisan tipis jaringan sel-sel otot polos.
Tunika mukosanya melipat-lipat tidak teratur. Epitelnya adala epitel silindris selapis dengan mikrovili. Lamina propianya merupakan jaringan ikat longgar dengan anyaman serabut elastis dan retikuler.
l) Pankreas
Pada pankreas terdapat jaringa kelenjar asiner dan pulau-pulau langerhans penghasil insulin. Jaringan kelenjar pancreas ini terbagi dalam lobulus yang dipisahkan oleh jaringan pengikat longga tipis. Berisi ductus interlobularis, pembuluh darah, dan saluran limfe, serta serabut saraf. Lobulus ini tersusun atas beberapa acinus kelenjar yang tersusun oleh 40-50 sel-sel piramidal.
FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Pencernaan makanan dibagai atas 2 bagian yaitu pencernaan fisika dan pencernaan kimiawi. Pencernaan fisika adalah pencernaan makanan dari bentuk besar menjadi bentuk kecil, yang terjadi hanya perubahan bentuk dan tidak terjadi perubahan zat proses ini berlangsung secara mekanik. Pencernaan kimiawi adalah pencernaan makanan dengan menggunakan enzim,mengubah makanan menjadi zat baru yang lebih sederhana.
MEKANISME PERJALANAN MAKANAN
Mekanisme perjalanan makanan dalam sistem digestivus berawa dari mulut, tempat makanan awalnya dikunyah (mastikasi) dan dicampur dengan sekresi saliva. Mastikasi adalah proses pemecahan makanan secara mekanik yang sistematik di mulut. Mastikasi dibantu oleh kelenjar liur, yaitu kelanjar submandibularis, kelenjar parotis dan kelenjar sublinguaris.
Setelah dimastikasi di mulut makanan yang menuju esophagus melalui proses menelan yaitu suatu aksi fisiogis kompleks ketika makanan berjalan dari mulut ke lambung.
Begitu melewati sfingter esophagus bawah, bolus makanan akan langsung memasuki lambung. Di lambung, protein dalam makanan di pecah menjadi polipeptida oleh enzim pepsin. proses ini berlanjut dalam intestenum tenue, yaitu pada bagian duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pancreas yang menghidrolisi karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Fungsi kedua dari usus halus yaitu absorbsi. Proses ini memindahkan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melaluli dinding usus ke dalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh.
Selanjutnya makanan akan masuk ke dalam usus besar yang terdiri atas colon, secum, apendiks dan rectum. Pada usus besar makanan yang hanya berupa ampas akan disimpan sementara dan akan terjadi pengeringan.
selanjutnya pada tahap akhir pada bagian distal colon, kontraksi lebih pelan dan akhirnya feses akan terkumpul di kolon descenden. Propulsi feses kedalam rectum menyebabkan terjadinya distensi dinding rectum dan merangsang refleks defekasi sehingga terjadilah defekasi.
1. MASTIKASI
Mastikasi adalah proses mengunyah makanan, yang dilakukan oleh gigi menjadi bagian-bagian yang halus, dan dibantu oleh saliva menjadi bulatan yang disebut bolus. Gigi yang berperan untuk menghaluskan makanan adalah gigi incisivus (seri) dan molar (geraham). Gigi incisivus berfungsi memotong  sedang gigi molar berfungsi menggiling makanan. Selain incisivus dan molar, gigi juga memiliki tipe kaninus (taring), namun peran kaninus hanya berperan mengoyak makanan dan dianggap tidak sepenting gigi yang lainnya.
Mulut juga memiliki lidah yang berperan sebagai reseptor rasa dan pengaturan perubahan posisi makanan dari satu gigi ke gigi lainnya. Lidah juga berperan mendorong makanan yang sudah halus ke faring posterior untuk ditelan.
Proses pencernaan di mulut juga dibantu saliva yang berfungsi membasahi mulut, memunuh kuman, dan mencerna makanan secara kimiawi. Factor – factor yang merangsang sekresi saliva ialah rangsangan rasa asam pada lidah, rangsangan taktil pada lidah terutama obyek yang halus, langsung terutama makanan yang disukai, fantasi makanan yang disukai.
2. DIGLUSI/ MENELAN
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring pada hampir setiap saat melakukan fungsi lain disamping menelan dan hanya dubah dalam beberapa detik kedalam traktus digestivus untuk mendorong makanan.
Yang amat penting adalah bahwa respirasi tidak tergangu akibat menelan. Menelan merupakan rangkaian gerakan otot yang sangat terkoodinasi mulai dari pergerakan volunteer lidah dilanjutkan serangkaian reflex dalam faring dan esophagus. Bagian aferen lengkung reflex ini merupakam serabut-serabt yang terdapat dalam saraf V, IX, dan X. pusat menelan terlerak di medulla oblongata. Dibawah koordinasi pusat ini, impuls-impuls berjalan keluar dalam rangkaian waktu yang sempurna melalui saraf cranial V, X, dan XII menuju ke otot-oto lidah, faring, laring, dan esophagus.
Pada umumnya menelan dapat dibagi menjadi :
1.      Tahap volunter
Tahap ini merupakan tahap awal proses menelan. Secara sadar, makanan didorong ke faring oleh lidah. Secara ototmatis terjadi refleks menelan yang tidak bisa dihentikan.
2.      Tahap faringeal
Tahap ini bersifat involunteer dan membantu jalannya makanan melalui faring ke dalam esophagus. Sentuhan makanan ke faring akan membangkitkan reseptor menelan. Reseptor mengirim impuls (pons) dan timbul rangkaian kontraksi otot faring berupa :
1)      Palatum molle keatas menutuo nares posterior untuk mencegah makanan masuk ke cavum nasi
2)      Lipatan palatefaringeal bergerak ke medial untuk menseleksi makanan yang sudah halus dapat masuk ke esophagus dan makanan yang belum halus tetap bertahan dimulut.
3)      Pita suara laring mendekat, epiglottis ke bawah menutup trakea
4)      Gerakan laring ke depan dan keatas melemaskan sfingter faringoesofageal sehingga makanan masuk ke esophagus
5)      Kontraksi muskulus kontriktor faring sebagai awal gerak peristaltic esophagus.
3. Tahap esofangeal
Fase faringeal merupakan fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari faring ke lambung.
Seluruh tahap faringeal dari penelanan terjadi dalam waktu kurang dari 2 detik, dengan demikian mengganggu respirasi hanya sekejap saja dalam siklus respirasi yang bisaa. Pusat menelan secara khusus menghambat pusat respirasi medulla selama waktu ini, menghentikan pernafasan pada titik tertentu dalam siklusnya untuk memungkinkan berlangsungnya penelanan.
Proses berbicara tidak hanya melibatkan sistem pernafasan saja tetapi juga pusat pengatur saraf bicara spesifik dalam korteks serebri.
Inhibisi pernafasan dan penutupan glottis merupakan bagian refleks menelan. Menelan sulit atau tidak dapat dilakukan apabila mulut terbuka. Seorang dewasa normal sering menelan selama makan juga diantara makan. Jumlah total menelan perhari sekitar  600 kali sama dengan 200 kali sewaktu makan dan minum, 350 kali sewaktu terjaga tanpa makan dan 50 kali sewaktu tidur. Apabila inhibisi pernafasan tidak ada dan atau  glottis tidak menutup sempurna selama proses menelan, maka akan terjadi refleks tersedak. Hal ini penting untuk melindungi selama pernafasan dari bolus dan bahan-bahan lainnya yang seharusnya melalui saluran pencarnaan. Tersedak dapat terjadi antara lain saat makan sambil berbicara, makan terlalu cepat, dll.
DEFEKASI
Defekasi merupakan proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang berupa feses.
Defekasi ditimbulkan oleh adanya refleks defekasi. Satu dari refleks-refleks ini adalah refleks intrinsic yang diperantarai oleh sistem saraf enteric setempat didalam dinding rectum. Bila feses memasuki rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal-sinyal saraf aferen yang menyebar melalui pleksus mientrikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic di dalam colon descenden , sigmoid, dan rectum, mendorong feses ke arah anus. Sewaktu gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani  internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mientrikus; jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunteer pada waktu yang bersamaan, terjadilah defekasi.
Refleks efekasi mientrik intrinsic yang berfungsi dengan sendirinya secara normal bersifat relative lemah. Agar menjadi lebih efektif dalam menimbulkan defekasi, refleks bisaanya harus diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain, suatu refleks defekasi parasmpatis yang melebatkan segmen sacral medulla spinalis. Bila ujung-ujung saraf dalam rectum dirangsang sinyal-sinyal pertama dihantarkan pertama kedalam medulla spinalis dan kemudian secara refleks kembali ke kolon descenden, sigmoid, rectum dan anus melalui serabut-serabut saraf parasimpatis dalam nervus pelvikus. Sinyal-sinyal defekasi yang masuk ke medulla spinalis menimbulkan efek-efek lain, seperti mengambil nafas dalam, penutupan glottis, dan kontraksi otot-otot dinding abdomen untuk mendorong feses dari kolon turun ke bawah dan pada saat yang bersamaan menyebabkan dasar pelvis mengalami relaksasi ke bawah dan menarik keluar cincin anus untuk mengeluarkan feses.
Bila keadaan memungkinkan untuk defekasi, refleks defekasi secara sadar dapat diaktifkan dengan mengambil nafas dalam untuk menggerakkan diafragma turun kebawah dan kemudian mengontraksikan otot-otot abdomen untuk meningkatkan tekanan dalam abdomen, jadi mendorong isi feses kedalam rectum untuk menimbulkan refleks-reflelks yang baru. Refleks-refleks yang ditimbulkan dengan cara ini hamper tidak seefektif seperti refleks yang timbul secara alamiah, karena alasan ini lah orang yang terlalu sering menghambat refleks alamiahnya cenderung mengalami konstipasi berat.
Pada bayi baru lahir dan pada beberapa orang dengan medulla spinalis terpotong, refleks defekasi otomatis menyebabkan pengosongan usus bagian bawah pada saat yang tidak tepat sepanjang hari karena hilangnya latihan control kesadaran melalui kontraksi atau relaksasi volunteer singter ani eksternus.
LAPAR dan KENYANG
Lapar dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor lapar, yang akan mengirimkan impuls tersebut ke pusat lapar di otak, yakni hipotalamus bagian lateral, tepatnya di nucleus bed pada otak tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus. Otak inilah yang akan menimbulkan rasa lapar pada manusia. Setelah tubuh mendapat cukup nutrisi yang ditetukan oleh berbagai faktor, maka akan mengirim impuls ke pusat kenyang yakni di nucleus ventromedial di hypothalamus. Kemudian tubuh akan merasa puas akan makan, sehingga kita akan berhenti makan.
Bagi kebanyakan orang lapar merupakan sekumpulan rasa yang sering terpusat pada perut. Hal itu kemungkinan dihubungkan dengan kontraksi yang terjadi pada perut atau usus. Dan digambarkan sebagai “kekosongan”. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang mekanisme lapar ini. Yang pertama adalah teori gula darah yang dikemukakan oleh Bas, dimana ia menyatakan bahwa letika gula darah rendah menyebabkan rasa lapar. Ada pula teori asam lemak yang menyebutkan bahwa tubuh punya reseptor yang mencium adanya kenaikan tingakat asam lemak. Kegiatan reseptor karena adanya perubahan asam lema inilah yang memicu rasa lapar.
Mekanisme lapar dan kenyang tidak sepenuhnya sama. Terdapat dua mekanisme rasa kenyang. Yang pertama di tingkat otak, sedangkan yang kedua di tingkat saluran lambung (gastrointestinal). Di dalam otak terdapat dua tempat di hypothalamus yang mengatur lapar dan makan. Nucleus-nukleus ventromedial memberi tanda kapan berhenti makan, sedangkan  hypothalamus lateral member tanda kapan mulai makan. Di tingkat otak, kita merasa kenyang karena fungsi-fungsi nucleus-nukleus ventromedial. Sebaliknya, pada tingkat salura pencernaan rasa kenyang berasal dari perut, yang mengatur aktifitas makan dalam jangka pendek.
SALIVA
Fungsi dari saliva direfleksikan oleh masing-masing zat yang dikeluarkan. Mukus berfungsi untuk melumasi makanan agar lebih mudah untuk menelannya dan untuk menjaga kelembaban mulut untuk proses penghancuran dan mengaduk makanan. Saliva juga berfungsi untuk membunuh kuman karena mengandung antiseptic. Sekresi saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1.      Rangsangan rasa asam pada lidah
2.      Rangsangan taktil pada lidah terutama objek yang halus
3.      Rangsangan bau terutama makanan yang disukai
4.      Fantasi makanan yang disukai.
LAMBUNG
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencapur makanan dengan enzim-enzim. Getah lambung mengandung bermacam-macam zat seperti air, garam organik, unsur-unsur yang tersusun atas zat lender, HCL dan enzim-enzim yaitu :
1.      Pepsinogen diaktifkan oleh HCL menjadi pepsin
2.      Pepsin berfungsi mengubah protein menjadi pepton
3.      Prorenin diaktifkan oleh HCL menjadi rennin.
Asam Klorida yang dihasilkan menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh bakteri.
SEKRESI PANKREAS
Pankreas adalah kelenjar memanjang yang terletak di belakang dan di bawah lambung, di atas lengkung pertama duodenum. Pankreas merupakan kelenjar campuran yang mengandung jaringan eksokrin dan jaringan dendokrin. Bagian eksokrin yang preominan teridiri dari kelompok-kelompok sel sekretorik seperti anggur yang membentuk kantung-kantung, asinus, yang berhubungan dengan duktus yang akhirya bermuara ke duodenum. Bagian endokrin yang lebih kecil terdiri dari pulau-pulau jaringan endokrin terisolasi, pulau-pulau langerhans (islet of langherhans), yang tersebar di seluruh pankreas. Hormone terpenting yang disekresikan oleh sel-sel pulau Lnagerhans adalah insulin dan glucagon. Pankreas eksokrin dan endokrin tidak memiliki kesamaan kecuali berada di lokasi yang sama. (Sherwood: 2001)
Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari dua komponen – sekresi enzimatik poten dan sekresi alkali encer (cair) yang kaya akan natrium bikarbonat (NaHCO3). Enzim-enzim pankreas secara aktif disekresikan secara akif oleh sel asinus. Komponen NaHCO3 encer disekresikan secara aktif oleh sel ductus yang melapisi bagian awal duktus pankreatikus, dan kemudian mengalami modifikasi sewaktu melewati duktus. (Sherwood: 2001)
Enzim pankreas disintesis oleh reticulum endoplasma dan Kompleks Golgi sel Asinus, dan kemudian disimpan di dalam granula zimogen dan dikeluarkan melalui proses eksositosis bila diperlukan. Sel-sel asinus mengeluarkan tigas jenis enzim pankreas yang mampu mencerna ketiga kategori makanan. Enzim-enzim pankreas tersebut penting karena mereka mampu mencerna hamper semua makanan secara sempurna tanpa bantuan sekresei pencernaan lain. Ketiga jenis enzim pankreas tersebut adalah
1.      Enzim-enzim proteolitik, berperan dalam pencernaan protein.
a.       Tripsinogen : diaktifkan oleh enzim enterokinase menjadi tripsi. Senyawa protein iubah oleh tripsi menjadi dipeptida.
b.      Kimotripsinogen diaktifkan oleh tripsin menjadi kimotripsin yang berfungsi membantu proses pengaktifan tripsinogen selanjutnya.
c.       Peptidase berperan mengubah senyawa peptide menjadi asam amino.
2. Amilase pankreas
Seperti amylase liur, amylase pankreas juga berperan pentinga dalam pencernaan karbohidrat dengan mengubah polisakarida menjadi disakarida. Amylase disekresikan melalui getah pankreas dalam bentuk aktif karena amylase tidak embahayakan sel-sel sekretorik. (Sherwood : 2001)
3. Lipase Pankreas
lipase pankreas sangat penting karena merupakan satu-satunya enzim yag disekresikan di seluruh sistem pencernaa yang dapat menuntaskan pencernaan lemak. Lipase pankreas yang menghidrolisis gliserida makanan menjadi monogliserida dan asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat diserap. Seperti amylase. Lipase disekresikan dalam bentuk aktif karena tidak ada risiko pencernan-sendiri pankreas oleh lipase. (Sherwood : 2001)
SEKRESI ALKALI ENCER PANKREAS
Enzim-enzim pankreas berfungsi optimal dalam lingkungan yang netral atau sedikit basa, namun isi lambung yang masuk ke duodenum di sekitar tempat enzim-enzim pankreas masuk ke duodenum bersifat sangat asam. Penting sekali bahwa kimus yang sangat asam ini harus seger dinetralkan di lumen duodenum, bukan saja agar enzim-enzim pankreas berfungsi optimal tetapi juga untuk mecegah kerusakan mukosa duodenum  oleh asam. Oleh karena itu, cairan alkalis (yang kaya NaHCO3) yang disekresikan oleh pankreas  kedalam lumen duodenum melakukan funsi penting yaitu menetralkan kimus asam yang akan dikosongkan ke duodenum dari lambung. Sekresi NaHCO3 encer tersebut hingga saat ini merupakan komponen sekresi pankreas terbesar. Volume sekresi pankreas berkisar antara 1 dan 2 liter per hari, bergantung pada jenis dan derajat stimulasi. (Sherwood:2001)
SISTEM EMPEDU
Selain getah pankreas, produk sekrertori lain yang mengalir ke lumen duodenum adalah empedu. Sistem empedu mencakup hati, kandung empedu dan duktus-duktus terkait.
Hati adalah organ metabolic terbesar dna terpenting dan terpenting di tubuh. Organ ini penting bagi sistem pencernaan unuk sekresi garam empedu, tetapi juga melakukan berbagai fungsi lain, mencakup hal-hal berikut :
1.      pengolahan metabolik kategori nutiren utama (karbohidrat, lemak, protein) setelah penyerapn mereka dari saluran pencernaan.
2.      Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormone serta obat dan senyawa asing lainnya
3.      Sintesis berbagai protein plasma, mencakup protein-protein yang penting untuk pembekuan darah serta untuk mengangkut hormon tyroid, steroid, dan kolesterol darah.
4.      Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5.      Pengaktifan vitamin D, yang dilaksanakan oleh hati bersama dengan ginjal.
6.      Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang usang, berkat adanya makrofag residen.
7.      Eksresi kolesterol dan bilirubin, yang terakhir adalah produk penguraian yang berasal dari dekstrusi sel darah merah.
(Sherwood; 2001)
Getah empedu disekresikan oleh hati dan dibelokkan ke kandung empedu diantara waktu makan. Empedu kemudian disimpan dan dipekatkan di dalam kandung empedu. Setelah makan, empedu masuk ke duodenum akibat kombinasi edek pengosongan kandung empedu dan peningkatan sekresi empedu oleh hati. Jumlah empedu yang disekresikan per hari berkisar dari 250 ml sampai 1 liter, bergantung pada derajat rangasangan. (Sherwood:2001)
Getah empedu mengandung garam empedu yang berfungsi mengemulsi lemak (sebagai deterjen) yang bertujuan agar lemak dapat bercampur dengan air (enzim), sehingga lemak dapat dicerna oleh enzim). Absorbsi vitamin ADEK juga memerlukan bantuan garam empedu, jika tidak terdapat garam empedu akan menyebabkan defisiensi vitamin ADEK.
BILIRUBIN
Bilirubin, konstituen utama empedu, sama sekali tidak berperan dalam pencernaan, tetapi merupakan salah satu dari produk sisa yang diekskresikan dalam empedu. Bilirubun adalah pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian sel darah merah yang usang. Bilirubin merupakan produk akhir yang dihasilkan oleh oenguraian bagian hem (mengandung besi) dari hemoglobin yang terkandung di dalam sel-sel darah merah tersebut. Bilirubin ini diekskresikan dari darah oleh hepatosit dan secaraaktif dieksresikan ke dalam empedu.
Di dalam saluran pencernaan, bilirubun mengalami modifikasi oleh enzim-enzim bakteri yang kemudian menyebabkan tinja berwarna coklat khas. Jika tidak terjadi sekskresi bilirubin, feses akan berwarna putih keabu-abuan. Dalam keadaan normal, sejumlah kecil bilirubin direabsorbsi kebali ke dalam darah yang kemudian dikeluarkan melalui urine. Bilirubin ini memberi warna kuning pada cairan kemih.
Sekresi empedu dapat ditingkat melalui mekanisme kimiawi, hormonal, dan saraf.
  • Mekanisme kimiawi (garam empedu). Setiap bahan yang meningkatkan sekresi empedu oleh hati disebut koleretik. Koleretik paling kuat adalah garam empedu itu sendiri. Diantara waktu makan, empedu disimpan dalam kandung empedu , tetapi selama makan empedu dikosongkan dari kandung empedu untuk dialirkan ke duodenum sewaktu kandung empedu berkontraksi. Setelah berpartisipasi dalam pencernaan dan penyerapan lemak, garam-garam empedu direabsorpsi dan dikembalikan oleh sirkulasi entherohepatik ke hati, tempat mereka berfungsi sebagai koleretik kuat untuk merangsang sekresi empedu lebih lanjut. Dengan demikian, selama makan, sewaktu garam empedu dibutuhkan dan sedang dipakai, sekresi empedu oleh hati dipacu.
  • Mekanisme hormonal (sekretin). Selain menigkatkan sekresi NaHCO3 encer oleh pankreas, sekretin juga merangsang sekresi empedu alkalis encer oleh duktus hati tanpa disertai peningkatan garam empedu.
  • Mekanisme saraf (saraf vagus). Stimulasi terhadap saraf vagus hati hanya sedikit berperan meningkatkan sekresi empedu selama fase sefalik pencernaan. Mekanisme saraf meningkatkan aliran empedu hati sebelum makanan mencapai lambung atau khusus. (Sherwood; 2010)