Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal
(mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam
manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi
dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Cavum Oris
2. Glandula
Parotis
3. Palatum Mole
4. Lingula
5. Saliva
6. Oesofagus
7. Gaster
8. Hepar
9. Vesica Biliaris
10. Ductus vesica biliaris
11. Duodenum
12. Pankreas
13. Yeyunum dan ilium
14. Caecum
15. Apendix fi rivormis
16. Colon ascendens
17. Colon Transversa
18. Colon Descendens
19. Rectum
20. Anus
|
A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana,
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus)
dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil
yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Gbr 2 : Anatomi Mulut
1. DENTS
- Dents dibagi menjadi empat kuadran: superior dextra, superior sinistra, inferior dextra dan inferior sinistra
- Dents diberi nomor mulai dari depan ke belakang, nomor 1 s/d 8
- Dents permanent: gigi sulung, jumlahnya 32 buah
- Dents deciduas: gigi susu, jumlahnya 20 buah (tidak ada geraham besar-molar)
- Dents insicivus: gigi seri, nomor 1 dan 2
- Dents caninus: gigi taring, nomor 3
- Dents premolar: gigi geraham kecil, nomor 4, 5 dan 6
- Dents molar: gigi geraham besar, nomor 7 dan 8
2. GLANDULA SALIVATORIUS
- Glandula salivatorius: kelenjar ludah, terdiri 3 kelenjar
o Glandula parotis: paling besar, terletak
di bagian depan bawah telinga, jika infeksi menimbulkan penyakit parotitis
(gondongen)
o Glandula sublingualis: terletak di bawah
lidah
o Glandula submandibularis: terletak di
bawah tulang rahang bawah (os mandibula)
3. LINGUA
- Permukaan lidah kasar karena ada tonjolan-tonjolan yang tersebar di permukaan lidah, tonjolan ini merupakan tempat receptor gustatorius, tonjolan ini disebut: papilla lingualis, diberi nama berdasarkan bertuknya:
- Papilla lingualis sircumvalata: berbentuk bundar seperti sircuit
- Papilla lingualis fungiformis: berbentuk seperti jamur
- Papilla lingualis filiformis: mempunyai fili
- Tonsila lingualis: tonsil duduk
B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel )
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas
dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang
sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan
mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian
media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian
inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan
Îφαγον, phagus – “memakan”).
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
serta bagian
inferior (terutama terdiri dari otot halus).Ø
D. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu
Kardia.Ø
Fundus.Ø
Antrum.Ø
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
- Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh
asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
- Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi
juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
- Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
E. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian
dari saluran
pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ),
lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal
) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua
belas jari (duodenum),
usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah
bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas
jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan
berakhir di ligamentum
Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya
oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus
dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas
jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh
usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
Gambar 8 : Usus dua belas jari (duodenum)
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua
belas jari (duodenum)
dan usus
penyerapan (ileum).
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua
belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan
usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
“lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus,
yang berarti “kosong”.
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian
terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
- Kolon asendens (kanan)
- Kolon transversum
- Kolon desendens (kiri)
- Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal
dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
G. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung
pada usus
penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di
dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau
hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio.
Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis)
yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ
vestigial (sisihan), sebagian
yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
I. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan,
mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan
material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian
otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.
J. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
- Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
- Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum
dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan
mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke
dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
K. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam
badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan
dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam
tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein
plasma, dan
penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.
Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat-
atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding
usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini
mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan
pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan
tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam
sirkulasi umum.
L. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah
sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan
dengan hati dan usus dua
belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
Membantu
pencernaan dan penyerapan lemak·
Berperan dalam
pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama· haemoglobin (Hb) yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
HISTOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Secara garis besar, dinding saluran pencernaan terdiri
atas empat lapisan yang sama. Namun tentu pada masing-masing organ akan ada
variasi yang akan memberikan ciri khas bagi setiap organnya. Empat lapisan
tersebut dimulai dari yang paling dalam (paling dekat dengan lumen), antara
lain: lapisan mukosa, lapisan submukosa, lapisan muskularis eksterna, dan
lapisan serosa (adventisia).
a. Lapisan Mukosa
Lapisan mukosa saluran pencernaa terbagi lagi menjadi
tiga lapisan, yaitu:
1. Epitel
1. Epitel
Epitel dinding saluran pencernaan bagian ujung (rongga
mulut, esofagus, dan anus) terdiri dari epitel berlapis gepeng tidak bertanduk.
Epitel jenis ini berfungsi sebagai protektor atau untuk perlindungan bagi
dinding saluran pencernaan tersebut dari trauma.
Sementara epitel bagian saluran pencernaan lain selain
tiga bagian di atas, terdiri dari epitel selapis gepeng. Epitel jenis ini lebih
ditujukan untuk fungsi sekresi dan juga absorpsi.
2. Lamina Propia
2. Lamina Propia
Lamina propia terdiri atas jaringan ikat longgar atau
disebut juga sebagai jaringan ikat areolar. Lamina propia ini mengikatkan
lapisan epitel ke lapisan muskularis mukosa.
Pada lamina propia ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, nodulus limfe, dan juga kelenjar linfe.
Pada lamina propia ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, nodulus limfe, dan juga kelenjar linfe.
3. Muskularis Mukosa
Lapisan muskularis mukosa merupakan lapisan serabut
otot polos tipis yang terdiri dari lapisan otot sirkuler di bagian dalam dan
lapisan otot longitudinal di bagian luar.
b. Lapisan Submukosa
Lapisan submukosa merupakan suatu lapisan jarigan ikat
areolar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, dan juga suatu struktur
persarafan beserta sel-sel ganglionnya yang disebut dengan pleksus submucosa
atau pleksus Meissner. Lapisan submucosa mengikatkan lapisan mukosa ke lapisan
muskularis eksterna.
c. Lapisan Muskularis Eksterna
Lapisan muskularis eksterna terdiri atas lapisan otot
sirkuler di bagian dalam dan lapisan otot longitudinal di bagian luar.
Kontraksi otot sirkuler akan mengakibatkan berkontraksinya (mengecilnya) lumen
saluran pencernaan. Sementara kontraksi otot longitudinal akan memperpendek
dinding saluran pencernaan sehingga lumennya semakin besar. Kontraksi kedua
otot ini berperan dalam terjadinya gerakan peristaltik pada saluran pencernaan
yang mengakibatkan “berjalannya” makanan dari mulut sampai ke lambung dan
bagian saluran pencernaan lainnya.
Di antara lapisan otot sirkularis dengan lapisan otot
longitudinal ini terdapat serabut-serabut saraf beserta sel-sel ganglionnya
yang disebut dengan pleksus mienterik atau pleksus Auerbach.
d. Lapisan Serosa
Lapisan serosa merupakan lapisan terluar dari dinding
saluran pencernaan. Lapisan serosa ini biasanya dilindungi oleh selapis sel
mesothelium. Lapisan serosa pada dasarnya terdiri dari jaringan ikat. Pada lapisan
serosa yang tidak diliputi oleh mesotel, jaringan ikatnya akan langsung
berhubungan dengan jaringan ikat lain yang terdapat di sekitarnya sehingga
membentuk struktur yang disebut lapisan adventisia.
Terdapat beberapa variasi pada setiap segmen saluran
pencernaan dan organ-organ asesoris pencernaan. Berikut adalah penjelasan
selengkapnya:
a) Lidah
Pada permukaan dorsum lidah terdapat banyak sekali
papila lidah yang terdiri atas tiga jenis utama, yaitu:
1. Papila Filiformis
Papila filiformis berbentuk kerucut dan tersebar
merata di seluruh permukaan dorsum lidah. Papila jenis ini tidak memiliki
kuncup pengecap. Ujung-ujung papila ini mengandung epitel berkeratin.
2. Papila Fungiformis
Papila fungiformis berbentuk seperti jamur. Tersebar
di antara papila-papila filliformis. Warnanya merah karena banyak mengandung
pembuluh darah.
3. Papila Sirkumvalata
Papila sirkumvalata adalah papila dengan kuncup
pengecap (taste bud) terbanyak di lidah. Papila sirkumvalata biasa terdapat
berderet-deret di sulcus terminalis (hingga 10-12 buah). Permukaan atasnya yang
licin lebih rendah daripada permukaan membrana mukosa.
Papila ini dikelilingi oleh celah melingkar. Di dasar
celah akan bermuara kelenjar von ebner yang menyekresikan cairan yang dapat
membersihkan celah tersebut dari sisa-sisa makanan yang larut di celah itu.
Dengan demikian, celah dapat menerima makanan baru untuk dideteksi rasanya.
Terdapat satu jenis papila lagi, yaitu papila foveola,
yang terdapat di lipatan-lipatan samping lidah. Papila ini mengalami rudimenter
pada manusia, namun berkembang pesat pada hewan pengerat.
b) Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva ada menghasilkan sekret berupa mukosa
murni, serosa murni, atau campuran mukosa dan serosa. Cairan mukosa mirip
dengan musin, lebih kental daripada serosa. Sedangkan cairan serosa terdiri
atas air, enzim, dll sehingga lebih encer daripada cairan mukosa.
c) Esofagus
Sepertiga atas esofagus terdiri dari otot lurik,
sepertiga tengah terdiri dari campuran otot lurik dan otot polos, sedangkan
sepertiga bawahnya merupakan otot polos esofagus.
Di dalam lapisan submucosa esofagus terdapat kelenjar
esofagus yang menghasilkan mukus. Pada lamina propia daerah dekat lambung juga
terdapat kelenjar kardioesofageal yang menghasilkan mukus.
e) Lambung
Lapisan submukosa dan mukosa lambung tersusun
berlipat-lipat membentuk rugae. Pada lapisan mukosa, epitel permukaannya
mengalami perubahan dari epitel esofagus, yaitu epitel selapis silindris tanpa
sel goblet. Lamina propianya mengandung glandula gastrica yang sekretnya akan
bermuara di sumur-sumur lambung atau foveola gastrica. Terdapat sekitar 15 juta
glandula gastrica akan bermuara pada 3,5 juta foveola gastrica.
Glandula gastrica ini terdiri atas tiga bagian, yaitu
bagian isthmus, leher, dan dasar. Glandula ini juga terdiri atas beberapa jenis
sel, yaitu: sel mukosa leher, sel utama, sel parietal, dan sel entero-endokrin.
Sel utama/zymogen menempati 1/3 atau ½ bagian bawah
pars sekretoria. Sel ini berbentuk kuboid, dalam sitoplasmanya terdapat
butir-butir zymogen, dan intinya bulat terdapat di dasar. Sel ini akan
menghasilkan pepsinogen yang akan diubah menjadi pepsin. Sel perietal lebih
banyak terdapat di bagian atas pars sekretorik. Sitoplasmanya penuh dengan
mitokondria. Sel ini akan menyekresikan HCl dan faktor intrisik lambung untuk
absorbsi vitamin B12 di ileum.
Sel enteroendokrin terdiri atas jenis ECL yang
menghasilkan histamin, EC yang menghasilkan serotonin, dan G yang akan
menghasilkan gastrin. Lapisan muskularis eksterna lambung terdiri atas tiga lapis,
yaitu otot longitudingal, sirkuler, dan obliqum.
f) Intestinum
Tenue
Pada usus halus akan terjadi proses penyerapan makanan yang telah dicerna secara mekanik maupun secara kimiawi. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik perluasan bidang penyerapan oleh dinding saluran pencernaan. Upaya tersebut telah dilakukan dalam bentuk:
1. Pada tingkat sel
Berupa mikrovili pada permukaan sel epitel.
2. Pada tingkat submucosa
Terbentuknya plica circularis/valvula kerckringi
4. Pada tingkat mucosa
Terbentunya villi intestinalis.
Pada lapisan mukosa intestinum tenue juga dapat
ditemukan glandula intestinalis atau disebut juga dengan crypta lieberkuhn yang
berinvaginasi sampai mencapai muskularis mukosa pada dasar villus. Di bagian
dasar crypta lieberkuhn ini terdapat kelompok sel paneth yang fungsinya diduga
untuk menghasilkan lisosin yang berfungsi seperti lisosom.
Jaringan limphoid pada intestinum tenue tersear di
seluruh lamina propia dalam bentuk nodulus limfatikus soliter. Khusus di ileum,
jaringan limfoidnya berkelompok-kelompok membentuk nodulud limfatikus agregatus
yang disebut dengan bercak peyer.
g) Intestinum Crassum
g) Intestinum Crassum
Permukaan dalam colon licin, tidak membentuk plica
circularis dan villus intestinalis. Pada lapisan epitelnya terdapat sel absostif.
Crypta lieberkuhnnya tidak memeiliki sel paneth. Lapisan muskularisnya pars
longitudinalisnya ada yang bermodifikasi menmbentuk taenia coli.
Appendix yang terdapat pada bagian caecum memiliki
ciri-ciri lumennya kecil bersudut, dan memiliki jaringan limfoid yang mencolok
karena memenuhi seluruh lamin propia. Lapisan muskularis mukosanya kurang
berkembang, dan di lapisan submukosanya terdapat jaringan pengikat yang tebal
serta anyaman pembuluh darah.
h) Rectum
Rectum dibagi menjadi bagian ampula recti dan canalis
analis. Bagian ampula recti berbentuk membesar. Membrana mukosanya memiliki
struktur yang sama dengan kolon, dengan crypta lieberkuhn yang lebih panjang.
Canalis analisnya memiliki diameter yang lebih kecil daripada bagian ampula
recti (mengecil). Membranan mukosanya memiliki columna rectalis morgagni, dan
epitel silindris selapisnya berubah menjadi epitel gepeng berlapis.
i) Anus
Epitelnya sudah menjadi epitel berlapis gepeng.
Semakin ke bawah, epitelnya akan brubah menjadi epidermis kulit, pada bagian
setinggi M. Sphincter Externa (otot lurik). Di bagian ini juga terdapat
kelenjar sebasea dan kelenjar cirkumanalis (apokrin).
Lamina propianya mengandung pleksus venosus yang besar. Pada kasus wasir atau ambeyen, pleksus venosus ini mengalami pembesaran, sehingga disebut juga dengan hemoroid.
Lamina propianya mengandung pleksus venosus yang besar. Pada kasus wasir atau ambeyen, pleksus venosus ini mengalami pembesaran, sehingga disebut juga dengan hemoroid.
j) Hepar
Secara mikroskopik, hepar terdiri atas lobulus hepatis
klasik, lobulus portalis, dan acinus hepatis. Komponen parenkimnya terdiri atas
hepatosit (sel hati), sinusoid yang dibatasi oleh sel-sel endotel Kupffer, dan
sel perisinosuidal.
k) Kantung Empedu
Dinding kantung empedu terdiri dari lapisan tunika
serosa, tunika subserosa, tunika muskularis, dan tunika mukosa.
Tunika serosanya merupakan lanjutan tunika serosa dari
selubung hati. Terdiri ari jaringan ikat padat, da terkadang mengandung ductus
Lushka. Lapisan ini dilapisi oleh sel-sel mesotel. Tunika subserosanya juga
terdiri dari jaringan pengikat, dan langsung menutupi jaringan otot polos.
Tunika muskularisnya terdiri dari lapisan tipis jaringan sel-sel otot polos.
Tunika mukosanya melipat-lipat tidak teratur.
Epitelnya adala epitel silindris selapis dengan mikrovili. Lamina propianya
merupakan jaringan ikat longgar dengan anyaman serabut elastis dan retikuler.
l) Pankreas
Pada pankreas terdapat jaringa kelenjar asiner dan
pulau-pulau langerhans penghasil insulin. Jaringan kelenjar pancreas ini
terbagi dalam lobulus yang dipisahkan oleh jaringan pengikat longga tipis.
Berisi ductus interlobularis, pembuluh darah, dan saluran limfe, serta serabut
saraf. Lobulus ini tersusun atas beberapa acinus kelenjar yang tersusun oleh
40-50 sel-sel piramidal.
FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Pencernaan makanan dibagai atas 2 bagian yaitu
pencernaan fisika dan pencernaan kimiawi. Pencernaan fisika adalah pencernaan
makanan dari bentuk besar menjadi bentuk kecil, yang terjadi hanya perubahan
bentuk dan tidak terjadi perubahan zat proses ini berlangsung secara mekanik.
Pencernaan kimiawi adalah pencernaan makanan dengan menggunakan enzim,mengubah
makanan menjadi zat baru yang lebih sederhana.
MEKANISME PERJALANAN MAKANAN
Mekanisme perjalanan makanan dalam sistem digestivus
berawa dari mulut, tempat makanan awalnya dikunyah (mastikasi) dan dicampur
dengan sekresi saliva. Mastikasi adalah proses pemecahan makanan secara mekanik
yang sistematik di mulut. Mastikasi dibantu oleh kelenjar liur, yaitu kelanjar
submandibularis, kelenjar parotis dan kelenjar sublinguaris.
Setelah dimastikasi di mulut makanan yang menuju
esophagus melalui proses menelan yaitu suatu aksi fisiogis kompleks ketika
makanan berjalan dari mulut ke lambung.
Begitu melewati sfingter esophagus bawah, bolus
makanan akan langsung memasuki lambung. Di lambung, protein dalam makanan di
pecah menjadi polipeptida oleh enzim pepsin. proses ini berlanjut dalam intestenum
tenue, yaitu pada bagian duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pancreas yang
menghidrolisi karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat yang lebih
sederhana. Fungsi kedua dari usus halus yaitu absorbsi. Proses ini memindahkan
hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melaluli dinding
usus ke dalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh.
Selanjutnya makanan akan masuk ke dalam usus besar
yang terdiri atas colon, secum, apendiks dan rectum. Pada usus besar makanan
yang hanya berupa ampas akan disimpan sementara dan akan terjadi pengeringan.
selanjutnya pada tahap akhir pada bagian distal colon,
kontraksi lebih pelan dan akhirnya feses akan terkumpul di kolon descenden.
Propulsi feses kedalam rectum menyebabkan terjadinya distensi dinding rectum
dan merangsang refleks defekasi sehingga terjadilah defekasi.
1. MASTIKASI
Mastikasi adalah proses mengunyah makanan, yang
dilakukan oleh gigi menjadi bagian-bagian yang halus, dan dibantu oleh saliva
menjadi bulatan yang disebut bolus. Gigi yang berperan untuk menghaluskan
makanan adalah gigi incisivus (seri) dan molar (geraham). Gigi incisivus
berfungsi memotong sedang gigi molar berfungsi menggiling makanan. Selain
incisivus dan molar, gigi juga memiliki tipe kaninus (taring), namun peran
kaninus hanya berperan mengoyak makanan dan dianggap tidak sepenting gigi yang
lainnya.
Mulut juga memiliki lidah yang berperan sebagai
reseptor rasa dan pengaturan perubahan posisi makanan dari satu gigi ke gigi
lainnya. Lidah juga berperan mendorong makanan yang sudah halus ke faring
posterior untuk ditelan.
Proses pencernaan di mulut juga dibantu saliva yang
berfungsi membasahi mulut, memunuh kuman, dan mencerna makanan secara kimiawi.
Factor – factor yang merangsang sekresi saliva ialah rangsangan rasa asam pada
lidah, rangsangan taktil pada lidah terutama obyek yang halus, langsung
terutama makanan yang disukai, fantasi makanan yang disukai.
2. DIGLUSI/ MENELAN
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama
karena faring pada hampir setiap saat melakukan fungsi lain disamping menelan
dan hanya dubah dalam beberapa detik kedalam traktus digestivus untuk mendorong
makanan.
Yang amat penting adalah bahwa respirasi tidak
tergangu akibat menelan. Menelan merupakan rangkaian gerakan otot yang sangat
terkoodinasi mulai dari pergerakan volunteer lidah dilanjutkan serangkaian
reflex dalam faring dan esophagus. Bagian aferen lengkung reflex ini merupakam
serabut-serabt yang terdapat dalam saraf V, IX, dan X. pusat menelan terlerak
di medulla oblongata. Dibawah koordinasi pusat ini, impuls-impuls berjalan
keluar dalam rangkaian waktu yang sempurna melalui saraf cranial V, X, dan XII
menuju ke otot-oto lidah, faring, laring, dan esophagus.
Pada umumnya menelan dapat dibagi menjadi :
1. Tahap volunter
Tahap ini merupakan tahap awal proses menelan. Secara
sadar, makanan didorong ke faring oleh lidah. Secara ototmatis terjadi refleks
menelan yang tidak bisa dihentikan.
2. Tahap faringeal
Tahap ini bersifat involunteer dan membantu jalannya
makanan melalui faring ke dalam esophagus. Sentuhan makanan ke faring akan
membangkitkan reseptor menelan. Reseptor mengirim impuls (pons) dan timbul
rangkaian kontraksi otot faring berupa :
1) Palatum molle keatas
menutuo nares posterior untuk mencegah makanan masuk ke cavum nasi
2) Lipatan
palatefaringeal bergerak ke medial untuk menseleksi makanan yang sudah halus
dapat masuk ke esophagus dan makanan yang belum halus tetap bertahan dimulut.
3) Pita suara laring
mendekat, epiglottis ke bawah menutup trakea
4) Gerakan laring ke
depan dan keatas melemaskan sfingter faringoesofageal sehingga makanan masuk ke
esophagus
5) Kontraksi muskulus
kontriktor faring sebagai awal gerak peristaltic esophagus.
3. Tahap esofangeal
Fase faringeal merupakan fase involunter lain yang
mempermudah jalannya makanan dari faring ke lambung.
Seluruh tahap faringeal dari penelanan terjadi dalam
waktu kurang dari 2 detik, dengan demikian mengganggu respirasi hanya sekejap
saja dalam siklus respirasi yang bisaa. Pusat menelan secara khusus menghambat
pusat respirasi medulla selama waktu ini, menghentikan pernafasan pada titik
tertentu dalam siklusnya untuk memungkinkan berlangsungnya penelanan.
Proses berbicara tidak hanya melibatkan sistem
pernafasan saja tetapi juga pusat pengatur saraf bicara spesifik dalam korteks
serebri.
Inhibisi pernafasan dan penutupan glottis merupakan
bagian refleks menelan. Menelan sulit atau tidak dapat dilakukan apabila mulut
terbuka. Seorang dewasa normal sering menelan selama makan juga diantara makan.
Jumlah total menelan perhari sekitar 600 kali sama dengan 200 kali
sewaktu makan dan minum, 350 kali sewaktu terjaga tanpa makan dan 50 kali
sewaktu tidur. Apabila inhibisi pernafasan tidak ada dan atau glottis
tidak menutup sempurna selama proses menelan, maka akan terjadi refleks
tersedak. Hal ini penting untuk melindungi selama pernafasan dari bolus dan
bahan-bahan lainnya yang seharusnya melalui saluran pencarnaan. Tersedak dapat
terjadi antara lain saat makan sambil berbicara, makan terlalu cepat, dll.
DEFEKASI
Defekasi merupakan proses pengeluaran sisa pencernaan
makanan yang berupa feses.
Defekasi ditimbulkan oleh adanya refleks defekasi.
Satu dari refleks-refleks ini adalah refleks intrinsic yang diperantarai
oleh sistem saraf enteric setempat didalam dinding rectum. Bila feses memasuki
rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal-sinyal saraf aferen yang
menyebar melalui pleksus mientrikus untuk menimbulkan gelombang
peristaltic di dalam colon descenden , sigmoid, dan rectum, mendorong feses ke
arah anus. Sewaktu gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani internus
direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mientrikus; jika
sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara
volunteer pada waktu yang bersamaan, terjadilah defekasi.
Refleks efekasi mientrik intrinsic yang berfungsi
dengan sendirinya secara normal bersifat relative lemah. Agar menjadi lebih
efektif dalam menimbulkan defekasi, refleks bisaanya harus diperkuat oleh
refleks defekasi jenis lain, suatu refleks defekasi parasmpatis yang
melebatkan segmen sacral medulla spinalis. Bila ujung-ujung saraf dalam rectum
dirangsang sinyal-sinyal pertama dihantarkan pertama kedalam medulla spinalis
dan kemudian secara refleks kembali ke kolon descenden, sigmoid, rectum dan
anus melalui serabut-serabut saraf parasimpatis dalam nervus pelvikus.
Sinyal-sinyal defekasi yang masuk ke medulla spinalis menimbulkan efek-efek
lain, seperti mengambil nafas dalam, penutupan glottis, dan kontraksi otot-otot
dinding abdomen untuk mendorong feses dari kolon turun ke bawah dan pada saat
yang bersamaan menyebabkan dasar pelvis mengalami relaksasi ke bawah dan
menarik keluar cincin anus untuk mengeluarkan feses.
Bila keadaan memungkinkan untuk defekasi, refleks
defekasi secara sadar dapat diaktifkan dengan mengambil nafas dalam untuk
menggerakkan diafragma turun kebawah dan kemudian mengontraksikan otot-otot
abdomen untuk meningkatkan tekanan dalam abdomen, jadi mendorong isi feses
kedalam rectum untuk menimbulkan refleks-reflelks yang baru. Refleks-refleks
yang ditimbulkan dengan cara ini hamper tidak seefektif seperti refleks yang
timbul secara alamiah, karena alasan ini lah orang yang terlalu sering
menghambat refleks alamiahnya cenderung mengalami konstipasi berat.
Pada bayi baru lahir dan pada beberapa orang dengan
medulla spinalis terpotong, refleks defekasi otomatis menyebabkan pengosongan
usus bagian bawah pada saat yang tidak tepat sepanjang hari karena hilangnya
latihan control kesadaran melalui kontraksi atau relaksasi volunteer singter
ani eksternus.
LAPAR dan KENYANG
Lapar dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu
faktor lapar, yang akan mengirimkan impuls tersebut ke pusat lapar di otak,
yakni hipotalamus bagian lateral, tepatnya di nucleus bed pada
otak tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus. Otak inilah yang akan
menimbulkan rasa lapar pada manusia. Setelah tubuh mendapat cukup nutrisi yang
ditetukan oleh berbagai faktor, maka akan mengirim impuls ke pusat kenyang
yakni di nucleus ventromedial di hypothalamus. Kemudian tubuh
akan merasa puas akan makan, sehingga kita akan berhenti makan.
Bagi kebanyakan orang lapar merupakan sekumpulan rasa
yang sering terpusat pada perut. Hal itu kemungkinan dihubungkan dengan
kontraksi yang terjadi pada perut atau usus. Dan digambarkan sebagai
“kekosongan”. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang mekanisme lapar ini.
Yang pertama adalah teori gula darah yang dikemukakan oleh Bas, dimana ia
menyatakan bahwa letika gula darah rendah menyebabkan rasa lapar. Ada pula
teori asam lemak yang menyebutkan bahwa tubuh punya reseptor yang mencium
adanya kenaikan tingakat asam lemak. Kegiatan reseptor karena adanya perubahan
asam lema inilah yang memicu rasa lapar.
Mekanisme lapar dan kenyang tidak sepenuhnya sama.
Terdapat dua mekanisme rasa kenyang. Yang pertama di tingkat otak, sedangkan
yang kedua di tingkat saluran lambung (gastrointestinal). Di dalam otak
terdapat dua tempat di hypothalamus yang mengatur lapar dan makan. Nucleus-nukleus
ventromedial memberi tanda kapan berhenti makan, sedangkan
hypothalamus lateral member tanda kapan mulai makan. Di tingkat otak, kita
merasa kenyang karena fungsi-fungsi nucleus-nukleus ventromedial. Sebaliknya,
pada tingkat salura pencernaan rasa kenyang berasal dari perut, yang mengatur
aktifitas makan dalam jangka pendek.
SALIVA
Fungsi dari saliva direfleksikan oleh masing-masing
zat yang dikeluarkan. Mukus berfungsi untuk melumasi makanan agar lebih mudah
untuk menelannya dan untuk menjaga kelembaban mulut untuk proses penghancuran
dan mengaduk makanan. Saliva juga berfungsi untuk membunuh kuman karena
mengandung antiseptic. Sekresi saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain :
1. Rangsangan rasa asam
pada lidah
2. Rangsangan taktil
pada lidah terutama objek yang halus
3. Rangsangan bau
terutama makanan yang disukai
4. Fantasi makanan yang
disukai.
LAMBUNG
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencapur makanan dengan enzim-enzim. Getah
lambung mengandung bermacam-macam zat seperti air, garam organik, unsur-unsur
yang tersusun atas zat lender, HCL dan enzim-enzim yaitu :
1. Pepsinogen diaktifkan
oleh HCL menjadi pepsin
2. Pepsin berfungsi
mengubah protein menjadi pepton
3. Prorenin diaktifkan
oleh HCL menjadi rennin.
Asam Klorida yang dihasilkan menciptakan suasana yang
sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh bakteri.
SEKRESI PANKREAS
Pankreas adalah kelenjar memanjang yang terletak di belakang
dan di bawah lambung, di atas lengkung pertama duodenum. Pankreas merupakan
kelenjar campuran yang mengandung jaringan eksokrin dan jaringan dendokrin.
Bagian eksokrin yang preominan teridiri dari kelompok-kelompok sel sekretorik
seperti anggur yang membentuk kantung-kantung, asinus, yang berhubungan
dengan duktus yang akhirya bermuara ke duodenum. Bagian endokrin yang lebih
kecil terdiri dari pulau-pulau jaringan endokrin terisolasi, pulau-pulau
langerhans (islet of langherhans), yang tersebar di seluruh
pankreas. Hormone terpenting yang disekresikan oleh sel-sel pulau Lnagerhans
adalah insulin dan glucagon. Pankreas eksokrin dan endokrin tidak memiliki
kesamaan kecuali berada di lokasi yang sama. (Sherwood: 2001)
Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang
terdiri dari dua komponen – sekresi enzimatik poten dan sekresi
alkali encer (cair) yang kaya akan natrium bikarbonat (NaHCO3).
Enzim-enzim pankreas secara aktif disekresikan secara akif oleh sel asinus.
Komponen NaHCO3 encer disekresikan secara aktif oleh sel ductus
yang melapisi bagian awal duktus pankreatikus, dan kemudian mengalami
modifikasi sewaktu melewati duktus. (Sherwood: 2001)
Enzim pankreas disintesis oleh reticulum endoplasma
dan Kompleks Golgi sel Asinus, dan kemudian disimpan di dalam granula zimogen
dan dikeluarkan melalui proses eksositosis bila diperlukan. Sel-sel asinus
mengeluarkan tigas jenis enzim pankreas yang mampu mencerna ketiga kategori
makanan. Enzim-enzim pankreas tersebut penting karena mereka mampu mencerna
hamper semua makanan secara sempurna tanpa bantuan sekresei pencernaan lain.
Ketiga jenis enzim pankreas tersebut adalah
1. Enzim-enzim proteolitik,
berperan dalam pencernaan protein.
a. Tripsinogen
: diaktifkan oleh enzim enterokinase menjadi tripsi. Senyawa protein iubah oleh
tripsi menjadi dipeptida.
b. Kimotripsinogen
diaktifkan oleh tripsin menjadi kimotripsin yang berfungsi membantu proses
pengaktifan tripsinogen selanjutnya.
c. Peptidase
berperan mengubah senyawa peptide menjadi asam amino.
2. Amilase pankreas
Seperti amylase liur, amylase pankreas juga berperan
pentinga dalam pencernaan karbohidrat dengan mengubah polisakarida menjadi
disakarida. Amylase disekresikan melalui getah pankreas dalam bentuk aktif
karena amylase tidak embahayakan sel-sel sekretorik. (Sherwood : 2001)
3. Lipase Pankreas
lipase pankreas sangat penting karena merupakan
satu-satunya enzim yag disekresikan di seluruh sistem pencernaa yang dapat
menuntaskan pencernaan lemak. Lipase pankreas yang menghidrolisis gliserida
makanan menjadi monogliserida dan asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang
dapat diserap. Seperti amylase. Lipase disekresikan dalam bentuk aktif karena
tidak ada risiko pencernan-sendiri pankreas oleh lipase. (Sherwood : 2001)
SEKRESI ALKALI ENCER PANKREAS
Enzim-enzim pankreas berfungsi optimal dalam
lingkungan yang netral atau sedikit basa, namun isi lambung yang masuk ke
duodenum di sekitar tempat enzim-enzim pankreas masuk ke duodenum bersifat sangat
asam. Penting sekali bahwa kimus yang sangat asam ini harus seger dinetralkan
di lumen duodenum, bukan saja agar enzim-enzim pankreas berfungsi optimal
tetapi juga untuk mecegah kerusakan mukosa duodenum oleh asam. Oleh
karena itu, cairan alkalis (yang kaya NaHCO3) yang disekresikan oleh
pankreas kedalam lumen duodenum melakukan funsi penting yaitu menetralkan
kimus asam yang akan dikosongkan ke duodenum dari lambung. Sekresi NaHCO3 encer
tersebut hingga saat ini merupakan komponen sekresi pankreas terbesar. Volume
sekresi pankreas berkisar antara 1 dan 2 liter per hari, bergantung pada jenis
dan derajat stimulasi. (Sherwood:2001)
SISTEM EMPEDU
Selain getah pankreas, produk sekrertori lain yang
mengalir ke lumen duodenum adalah empedu. Sistem empedu mencakup hati,
kandung empedu dan duktus-duktus terkait.
Hati adalah organ metabolic terbesar dna terpenting dan
terpenting di tubuh. Organ ini penting bagi sistem pencernaan unuk sekresi garam
empedu, tetapi juga melakukan berbagai fungsi lain, mencakup hal-hal
berikut :
1. pengolahan metabolik
kategori nutiren utama (karbohidrat, lemak, protein) setelah penyerapn mereka
dari saluran pencernaan.
2. Detoksifikasi atau
degradasi zat-zat sisa dan hormone serta obat dan senyawa asing lainnya
3. Sintesis berbagai
protein plasma, mencakup protein-protein yang penting untuk pembekuan darah
serta untuk mengangkut hormon tyroid, steroid, dan kolesterol darah.
4. Penyimpanan glikogen,
lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin
D, yang dilaksanakan oleh hati bersama dengan ginjal.
6. Pengeluaran bakteri
dan sel darah merah yang usang, berkat adanya makrofag residen.
7. Eksresi kolesterol
dan bilirubin, yang terakhir adalah produk penguraian yang berasal dari dekstrusi
sel darah merah.
(Sherwood; 2001)
Getah empedu disekresikan oleh hati dan dibelokkan ke
kandung empedu diantara waktu makan. Empedu kemudian disimpan dan dipekatkan di
dalam kandung empedu. Setelah makan, empedu masuk ke duodenum akibat kombinasi edek
pengosongan kandung empedu dan peningkatan sekresi empedu oleh hati. Jumlah
empedu yang disekresikan per hari berkisar dari 250 ml sampai 1 liter,
bergantung pada derajat rangasangan. (Sherwood:2001)
Getah empedu mengandung garam empedu yang berfungsi
mengemulsi lemak (sebagai deterjen) yang bertujuan agar lemak dapat bercampur
dengan air (enzim), sehingga lemak dapat dicerna oleh enzim). Absorbsi vitamin
ADEK juga memerlukan bantuan garam empedu, jika tidak terdapat garam empedu
akan menyebabkan defisiensi vitamin ADEK.
BILIRUBIN
Bilirubin, konstituen utama empedu, sama sekali tidak berperan
dalam pencernaan, tetapi merupakan salah satu dari produk sisa yang
diekskresikan dalam empedu. Bilirubun adalah pigmen empedu utama yang berasal
dari penguraian sel darah merah yang usang. Bilirubin merupakan produk akhir
yang dihasilkan oleh oenguraian bagian hem (mengandung besi) dari hemoglobin
yang terkandung di dalam sel-sel darah merah tersebut. Bilirubin ini
diekskresikan dari darah oleh hepatosit dan secaraaktif dieksresikan ke dalam
empedu.
Di dalam saluran pencernaan, bilirubun mengalami
modifikasi oleh enzim-enzim bakteri yang kemudian menyebabkan tinja berwarna
coklat khas. Jika tidak terjadi sekskresi bilirubin, feses akan berwarna putih
keabu-abuan. Dalam keadaan normal, sejumlah kecil bilirubin direabsorbsi kebali
ke dalam darah yang kemudian dikeluarkan melalui urine. Bilirubin ini memberi
warna kuning pada cairan kemih.
Sekresi empedu dapat ditingkat melalui mekanisme
kimiawi, hormonal, dan saraf.
- Mekanisme kimiawi (garam empedu). Setiap bahan yang meningkatkan sekresi empedu oleh hati disebut koleretik. Koleretik paling kuat adalah garam empedu itu sendiri. Diantara waktu makan, empedu disimpan dalam kandung empedu , tetapi selama makan empedu dikosongkan dari kandung empedu untuk dialirkan ke duodenum sewaktu kandung empedu berkontraksi. Setelah berpartisipasi dalam pencernaan dan penyerapan lemak, garam-garam empedu direabsorpsi dan dikembalikan oleh sirkulasi entherohepatik ke hati, tempat mereka berfungsi sebagai koleretik kuat untuk merangsang sekresi empedu lebih lanjut. Dengan demikian, selama makan, sewaktu garam empedu dibutuhkan dan sedang dipakai, sekresi empedu oleh hati dipacu.
- Mekanisme hormonal (sekretin). Selain menigkatkan sekresi NaHCO3 encer oleh pankreas, sekretin juga merangsang sekresi empedu alkalis encer oleh duktus hati tanpa disertai peningkatan garam empedu.
- Mekanisme saraf (saraf vagus). Stimulasi terhadap saraf vagus hati hanya sedikit berperan meningkatkan sekresi empedu selama fase sefalik pencernaan. Mekanisme saraf meningkatkan aliran empedu hati sebelum makanan mencapai lambung atau khusus. (Sherwood; 2010)